Cegah Berkembangnya Nyamuk Chikungunya dan DBD, Dikes Kota Bima Lakukan Fogging di wilayah Endemis DBD

Kota Bima, Dalam rangka memberantas dan mencegah berkembangnya Nyamuk DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Chikungunya Dinak kesehtan kota bima melakukan Fogging Lokasi yang terkena kasus DBD di Kota bima yaitu Kelurahan Dara, Paruga, Nae, Mande, Sadia, Panggi, Matakando, Kendo, Rabangodu Utara, Rabadompu Timur, Jatiwangi, Melayu, Ule, Jatibaru, Kumbe dan Kodo.
Kegiatan fogging merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pemutusan mata rantai penularan DBD dan Chikungunya secara dini yang ada di masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya wabah. Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF dan Chikungunya, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dan Chikungunya dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar.
Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc down”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima melalui Kepala Bidang P3PL Hj. Fitriani, SKM., M. kes menjelaskan bahwa Fogging merupakan langkah penanggulangan DBD yang terakhir dilakukan, yang utama adalah masyarakat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)/gotong royong membersihkan lingkungan di dalam dan luar rumah, juga melakukan gerakan 3M plus. Selanjutnya Fitriani Juga menyampaiakn untuk tahun 2025 per tgl 16 Februari yang sudah di tangani oleh Layanan Kesehatan se Kota bima sebanyak 25 kasus positif DBD dan Alhamdulilah sampai hari ini kota Bima 0 Kasus kematian karena DBD.
Fogging merupakan langkah penanggulangan DBD yang terakhir dilakukan, yang utama adalah masyarakat melakukan PSN/gotong royong membersihkan lingkungan di dalam dan luar rumah, juga melakukan gerakan 3M plus. yaitu dengan cara :
1. Menguras semua tempat penampungan air secara rutin;
2. Menutup rapat semua tempat penampungan air;
3. Mengubur barang – barang bekas.
Plus
1. Menabur bubuk pembasmi jentik (Abate);
2. Memelihara ikan pemakan jentik jika ada kolam;
3. Memakai kelambu dan pemasangan kawat kasa pada ventilasi;
4. Menggunakan obat nyamuk (semprot, bakar, oles);
5. Tidak menggantung pakaian kotor di dalam kamar yang dapat menjadi tempat persemb]unyian nyamuk; dan
6. Menghilangkan genangan air di dalam dan halaman rumah.
Untuk Kota Bima hampir semua kelurahan merupakan wilayah endemis DBD, artinya hampir setiap tahun selalu ada kasus DBD. Sebaran kasus per hari ini ada di Kelurahan Dara, Paruga, Nae, Mande, Sadia, Panggi, Matakando, Kendo, Rabangodu Utara, Rabadompu Timur, Jatiwangi, Melayu, Ule, Jatibaru, Kumbe dan Kodo