Inovasi Pelayanan Publik 2022
SI UPIN CAPEK UBER RUSA
(AKSI KETUK PINTU PELACAKAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU DI MASYARAKAT)
Ary Iztihar, S.Kep, Ners
(UPT. Puskesmas Mpunda)
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Di seluruh dunia penyakit TB adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian. Data resmi Global Tuberculosis Report tahun 2020 sebanyak 10 juta orang di dunia terdeteksi penyakit ini dengan 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1 juta anak-anak. Secara keseluruhan 90 % yang terdeteksi adalah orang dewasa di usia 15 tahun ke atas.
Komitmen global dalam mengakhiri Tuberkulosis dituangkan dalam End TB Strategy yang menargetkan penurunan kematian akibat Tuberkulosis hingga 90% pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2015, pengurangan insiden Tuberkulosis sebesar 80% pada tahun 2035 dibandingkan dengan tahun 2015, dan tidak ada rumah tangga yang mengalami biaya katastropik akibat TB pada tahun 2030. Dalam End TB strategy ditegaskan bahwa target tersebut diharapkan tercapai dengan adanya inovasi, seperti pengembangan vaksin dan obat TB dengan rejimen jangka pendek (WHO, 2019)
Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia terkait angka kejadian tuberkulosis. Menurut data Global TB Report tahun 2020 perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC di Indonesia mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam. Dari jumlah kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien TBC yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, terdapat 351.936 kasus tuberkulosis (TBC) yang ditemukan di Indonesia pada 2020. Jumlah tersebut menurun 38% dari tahun sebelumnya yang sebanyak 568.987 kasus. Mayoritas penderita TBC berasal dari usia produktif.Rinciannya, sebanyak 17,3% penderita TBC berusia 45-54 tahun. Sebanyak 16,8% penderita TBC yang berusia 25-34 tahun. Kemudian, sebanyak 16,7% penderita TBC berusia 15-24 tahun. Ada pula 16,3% penderita TBC yang berusia 35-44 tahun. Sebanyak 14,6% penderita TBC memiliki rentang umur 55-64 tahun. Penderita TBC berumur 0-14 tahun atau belum masuk usia produktif mencapai 9,3%. Sementara, 9% penderita TBC tercatat berusia di atas 65 tahun atau sudah tidak produktif. Berdasarkan jenis kelaminnya, laki-laki lebih banyak yang terinfeksi TBC, yakni 203.243 orang. Sementara, perempuan yang mengidap penyakit tersebut mencapai 148.693 orang. Adapun, Kemenkes mencatat tren angka keberhasilan pengobatan pasien TBC semakin menurun sejak 2016. Teranyar, angka keberhasilan pengobatan pasien TBC sebesar 82,7% pada 2020, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumny yang mencapai 82,9% (sumber: https://databoks.katadata.co.id)
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2021 dengan jumlah total kasus TB sebanyak 2.780 kasus. Kota Bima jumlah total kasus sebanyak 278 kasus, sedangkan di wilayah UPT Puskesmas Mpunda sebanyak 40 kasus.
Kondisi yang ada memerlukan upaya program penanggulangan TB untuk menutup celah dalam deteksi dan pengobatan TB. Pada tahun 2018, WHO bekerjasama dengan kemitraan Stop TB dan USAID dalam memerangi AIDS, Tuberculosis dan Malaria. Hal ini di lakukan untuk mencakup target pendeteksian dan mengobati 40 juta orang dengan TB pada periode 2018-2022 ( Global Tuberculosis Report, 2018)
Dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia banyak tantangan yang di alami diantaranya dengan munculnya pandemi COVID-19 sehingga fokus program kesehatan dialihkan untuk penanggulangan pandemi. Kondisi ini menyebabkan masyarakat rentan tertular TBC, ini tentunya berisiko meningkatkan jumlah kasus serta sumber penularan TBC
Tantangan program penanggulangan TB di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya Kota Bima yaitu : (1) cakupan penemuan kasus TB yang masih rendah, (2) pelaksanaan jejaring puskemas pelaksana mandiri (PPM) yang belum optimal, (3) pendanaan yang masih tergantung dari dana APBD, BOK dan DAK yang belum maksimal, (4) kurangnya kemitraan yang sinergis “ TB is everybody business” ( BAPPEDASU, 2018)
Kendala terbesar yang ditemui dilapangan adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit TBC ini. Dengan permasalahan tersebut muncul inovasi SI UPIN CAPEK UBER RUSA atau AKSI KETUK PINTU PELACAKAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU DI MASYARAKAT. Inovasi ini muncul sebagai solusi atas rendahnya cakupan penemuan terduga TB dan kasus TB Paru positif di Kota Bima.
Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan penemuan terduga dan kasus tuberkulosis (TB) di masyarakat melalui penyebarluasan informasi/edukasi, deteksi dini dan upaya ketuk pintu ke rumah-rumah yang terduga TB. Inovasi ini menggandeng eks penderita TB dan keluarga penderita TB untuk menjadi agen pemberdayaan yang memberikan edukasi kepada masyarakat agar proaktif memeriksakan diri ke Puskesmas jika mengalami gejala TB.
Inovasi ini juga menggandeng tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, pejabat pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa, yang diharapkan dapat berperan dalam penanggulangan TB, antara lain : sebagai panutan untuk tidak menciptakan stigma dan diskriminasi terkait TB, membantu menyebarluaskan informasi tentang TB dan PHBS, mendorong pasien TB untuk menjalankan pengobatan secara tuntas, mendorong masyarakat agar segera memeriksakan diri ke layanan TB yang berkualitas.