Program Pengendalian Penyakit TBC di Kota Bima di Supervisi
Kota Bima – Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar Pertemuan Kegiatan Supervisi Terintegrasi Dan Validasi Data Program Penanggulangan TBC Tingkat Provinsi NTB tahun 2024, bertempat di aula Dinas Kesehatan Kota Bima, Senin (22/04/2024). Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bima melalui Kepala Bidang P3PL Hj. Fitriani, SKM.,M.Kes.
Dalam sambutannya, Kabid P3PL menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban TBC tertinggi di dunia, tepatnya kembali menjadi yang kedua setelah India. Hal ini dikarenakan tidak tercapainya target penemuan kasus TB di Indonesia sehingga potensi penularan terus terjadi. Kabid P3PL juga menekankan penting peran semua pihak dalam menurunkan beban TB sehingga mencapai eliminasi TB tahun 2030. Beliau juga menenkankan Supervisi TB ini bertujuan untuk mendiskusikan update data hasil pemeriksaan TCM di Kota Bima dan update data pasien dengan TB SO dan TB RO. Selain itu juga dilakukan penulusuran kasus TB agar semua kasus bisa terinput dalam SITB atau Sistem Informasi TB. Kegiatan supervisi ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas layanan TB.dan memastikan bahwa setiap kasus TB dapat terdeteksi dan diobati secara tepat dan cepat. Sehingga, dapat menurunkan angka kejadian TB di Kota Bima.
Melalui Perpres No. 67 tahun 2021 dinyatakan bahwa Penanggulangan TBC bukan hanya urusan sektor kesehatan, melainkan menjadi tanggung jawab lintas Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah baik Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan pemangku kepentingan, agar cita-cita eliminasi TBC 2030 dan Indonesia Bebas TBC 2050 dapat tercapai. Oleh karena itu, kita harus giat melakukan koordinasi dan kerjasama lintas sektor seperti yang tertuang dalam Perpres tersebut,” tuturnya. Lebih lanjut ia menambahkan, capaian indikator utama Program TBC di tingkat Nasional tahun 2024 seperti indikator penemuan dan pengobatan (Treatment Coverage) pada TBC sensitive obat (SO) sebesar 90% maupun penemuan suspek atau terduga TBC di angka 95% dan Angka Keberhasilan Pengobatan sebesar 95%.
Berdasarkan data,Kota Bima sendiri pada tahun 2023 dengan estimasi penemuan suspek atau terduga TBC sebanyak 4.061 pasien, dari target tersebut Kota Bima sudah melebihi dari target nasional yaitu sebanyak 4.791 suspek atau sebesar 117,98% sedangkan untuk target penemuan kasus pada tahun 2023 masih belum mencapai target, capaian penemuan kasus (Treatment Coverage) TBC sebanyak 405 Kasus pasien atau masih di angka 53,86% dari target 752 kasus masih dibawah rata rata nasional yaitu 59%, sementara angka keberhasilan pengobatan 96,31 % dari target nasional sebesar 95 %. Pasien TBC RO di Kota Bima pada tahun 2023 ditemukan sebanyak 7 pasien TBC RO, namun yang memasuki tahap pengobatan hanya 4 pasien, Rumah Sakit fasilitas layanan pengobatan TBC RO di Kota Bima saat ini berada di RSUD Kota Bima, dan berdasrakan data Angka penemuan suspek atau terduga triwulan pertama tahun 2024 sebesar 41,19 % dari target nasional sebesar 95%, angka penemuan kasus baru ditemukan sebesar 16,45% dari target nasional sebesar 75% dan angka keberhasilan pengobatan baru mencapai 75% dikarenakan karena masih banyak pasien yang masih dalam tahap pengobatan.
Kota Bima sendiri memiliki fasilitas TCM sebanyak 4 unit yang tersebar di RSUD Kota Bima 2 unit, Puskesmas Mpunda 1 unit dan Puskesmas Rasanae Timur 1 unit.
Sebagai informasi, pencatatan pelaporan TBC merupakan sistem yang paling reliable dari seluruh aplikasi surveilans yang ada di Kementerian Kesehatan, sehingga dijadikan prospek sebagai aplikasi baseline Satu Sehat. Selain itu, melalui aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dapat dilakukan validasi menggunakan alert dan reminder yang sudah difasilitasi dalam aplikasi, namun seringkali karena kesibukan ataupun kesulitan dalam berkoordinasi maka alert dan reminder tersebut tidak dapat ditindaklanjuti dengan segera.
"Oleh karena itu, melalui pertemuan validasi data ini marilah kita bersama-sama memperbaiki pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai dengan standar, sehingga data surveilans TBC dapat berjalan dengan optimal dan meningkatkan capaian indikator baik Treatment Coverage (TC), Treatment Success Rate (TSR), Investigasi Kontak, Pemberian TPT, TB HIV, dan pengelolaan logistik yang sesuai standar," harapnya. Marilah kita bersama-sama berupaya meningkatkan koordinasi dan menjalin kerja sama dalam bekerja, dan selalu tertuju pada komitmen Indonesia bebas TBC 2050 dan percepatan eliminasi TBC pada tahun 2030," tutupnya.
Turut hadir pada kegiatan ini antara lain Tim global Fund Dinas Kesehatan Provinsi NTB,Kabid P3PL, Pengelola program Tuberkulosis Dinkes Kota Bima, pengelola obat Dinkes Kota Bima dan peserta dari empat Puskesmas dan satu Rumah Sakit Swasta.